Advertisement

Latest News

Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan

Mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai saat sedang berlangsung rapat  kesepakatan penolakan kebijakan Dinas P & P terkait Pengiriman Dana Tugas Akhir (TA) melalui via Rekening.Tempat di  Kontrakan Dogiyai,malang Jawa Timur ,sabtu(26/04/2015),pukul 18.00 WIB.  Foto:Marco Kogaa/KM
Malang (KM)--Mahasiswa Dogiyai, Se-Jawa dan bali Menolak secara tegas , Pembagian Dana TA Melalui Via Rekining. Kebijakan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Dogiyai Papua Andreas Yobee Adii, beberapa pekan lalu mengatakan , mulai tahun 2015 Pemerintah tidak akan turun langsung ke kota studi masing-masing diseluruh indonesia untuk membagikan dana Tugas Akhir (TA)  .

Menyikapi kebijakan itu , Mahasiswa Asal Kabupaten Dogiyai yang Tergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai (IPMADO) Se-Jawa dan bali ,Telah gelar Rapat bersama di Kontrakan Dogiyai,Malang Jawa Timur,Sabtu,(25/04/2015). Rapat itu dipimpin langsung oleh sekertaris Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai Se-Jwa dan bali Markus Kogaa,dan  di hadiri oleh  Seluruh Koordinator Wilayah (Koorwil). 

Dalam sela-sela rapat ada salah satu mahasiswa asal Kabupaten dogiyai , Yuliten Yobee Menyatakan Biasanya dana Study Akhir (TA) dibagikan langsung ke masing-masing kota study. Kami minta penjelasan dari dinas pendidikan dan pengajaran kabupaten Dogiyai . Selanjutnya kata dia, kebijakan dinas tesebut ,kami akan menolak kebiajakan itu ,terkait  pengiriman  melalui via Rekining ini dengan alasan ,Hanya menjaga Persatuaan kami Mahasiswa Asal Meeuwodide di pulau se-Jawa dan bali .

Hal Senada disampaikan mahasiswa asal Dogiayai kota studi Malang Markus Kogaa,yang saat ini  kuliah di STIA jurusan ADM Publik semester VIII , mengatakan bahwa ,”kami mahasiswa Dogiyai tolak dana Tugas akhir ( TA )yang akan di kirim lewat Via rekening itu “. 

Kogaa meminta pemerintah Dogiyai setiap tahun Dana Study Akhir di bagi secara Publik, jika di kirim lewat Via Rekening berarti dampaknya akan terpampang Terhadap persatuaan kami mahasisawa asal meeuwodide yang ada di pulau se-jawa dan bali “.Kata Kogaa yang sedang menyengam pendidikan di Kota Apel  ini "Dana APBD Kabupaten Dogiyai khususnya di bidang pendidikan biasanya dianggarkan milyaran, tapi dibagikan hanya puluhan juta saja," katanya. 

Sementara itu, Frans Goo, ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai kota study Bogor mengatakan, seharusnya pihak dinas memperjelas  kepada Mahasiswa Dogiyai Se-indonesia kenapa kebijakan itu diambil dan baru dijalankan tahun yang akan datang ,apabaila alasan  kebijakan tesebut kemunngkinan besar  mahasiswa di terima .

Beberapa pekan lalu Ketua Team pendataan Mahasiswa Dogiyai Titus Degei menjelaskan kepada www.amaa-tenai.com bahwa ,kebijakan apapun yang dinas di programkan mahasiswa harus di terima.

Rapat Yang di selenggarakan Badan Pengurus Hariaan Ikatan Pelajar dan Mhasiswa Dogiyai Se-Jawa dan Bali menghasilkan sebuah kesepakatan bersama bahwa kebijakan dinas pendidikan dan pengajaran Kabupaten Dogiyai tentang pengiriman dana Study Akhir akan di kirim melalui Via Rekining itu , Kami atas Nama Badan Pengurus Hariaan Ikatan Pelajar Dan Mahasiswa Dogiyai sejawa dan bali (IPMADO) Pusat dan seluruhh Ketua Koordinator Wilayah (Koorwil) setiap kota Study kami telah sepakat danmenolak  secara tegas.

Ada beberapa  alasan komprehensif  yang paling dominan mengapa kami menolak?

Berikut alasan yang di kemukakan oleh seluruh  mahasiswa/I  se-Jawa dan Bali adalah sebagai berikut :

•Dinas P & PKab.Dogiyai telah membentuk team dan  melakukan pengambilan data melalui distrik-distrik dan dari distrik telah turun  ke setiap  desa-desa ,oleh sebab itu Mahasiswa Dogiyai yang lahir dan besar di daerah lain seperti ;lahir besar Wamena, lahir besar Nabire dan daerah lain itu  yang mana orangtua mereka juga masih berdomisili di daerah itu , tidak akan terdaftar sebagai mahsiswa Dogiyai karena tidak ada yang mendaftarkan mereka di Dogiyai, pada hal mereka juga aset daerah Dogiyai.
 
•Kebijakan ini dampaknya  Bisa merusak persatuan dan kesatuan organisasi
 
• Disebabkan karena Bisa menurunkan animo mahasiswa untuk ikut organisasi
 
•Kami merasa bahwa  system ini hal baru untuk Mahasiswa se-Jawa dan Bali Kab.Dogiyai
 
• Kami menolak  karena hal ini akan Menjaga kekompakan antara mahasiswa Mee (Nabire,Paniai,Dogiyai dan Deiyai)
 
•Kami merasa hal ini  Menjaga kecemburuan antara mahasiswa dan pemerintah.
 
•Dengan ini kami juga  Menjaga perasaan  kecemburuan antara mahasiswa satu sama yang lain 
 
•menjaga kestabilan solidaritas antara mahasiswa Mee yang sebelumnya  tidak demikian.
 
Dengan  demikian adanya  alasan-alasan yang kami rumuskan  ini, maka kami mahasiswa se-Jawa dan Bali sepakat untuk menolak 100% pengiriman dana TA melalui rekening ini dengan sepenuh hati. (Martinus Pigo
me/KM)


Dalam artikel ini, penulis akan fokus pada aspek kejatuhan dalam dunia pendidikan. Maksud utama artikel ini sebenarnya sederhana, yakni mengajak pembaca untuk bersama-sama memikirkan kembali beberapa pertanyaan dasar. Siapakah itu guru? Apa itu mengajar? Apa tujuan akhir dari mengajar?
[1] Pembahasan akan terpusat dalam menjawab tiga pertanyaan dasar tersebut. Beberapa perspektif seperti perkembangan konsep pendidikan sepanjang sejarah dan pandangan dari beberapa tokoh penting akan digunakan untuk memperkaya pengulasan dalam tulisan ini.
Konsep pendidikan yang menarik dapat kita lihat dalam kebudayaan Papua dan
PapuaBarat dan Sparta. Aspek pengajaran bukanlah sesuatu yang asing bagi bangsa Papua dan Papua Barat. Setiap anak dalam komunitas Papua dan Papua Barat pastiNya diajarkan mengenai Taurat. Baik secara langsung oleh orang tua, maupun secara publik di sekolah Taurat.
[2]. Khususnya dalam pendidikan oleh orang tua, pengajaran secara lisan menjadi aspek yang begitu penting (bandingkan dengan Ulangan 6:7). Saat anak-anak menginjak usia 13 tahun, anak yang tergolong pandai dapat melanjutkan studinya untuk suatu saat menjadi rabi/guru yang akan mengajar Taurat
[3]. Yang menjadi inti dari kegiatan belajar-mengajar ini adalah penyembahan kepada Tuhan. Sangat berbeda dengan pendidikan Sparta, tujuan akhirnya adalah untuk mencetakkan atau mengajukkan identitas diri ke KPU karenakan tingkatan belajar mengajar guru gajiNya kecil sehingga tindakan pribadi lari ke dunia politik mengapa identitas guru lari ke politik ini yang jadi pertanya
Pada Abad Pertengahan terjadi perubahan yang cukup besar dalam konsep dan format pendidikan. Biara, gereja, dan sekolah untuk kaum bangsawan menjadi institusi utama dalam kegiatan belajar-mengajar. Bahasa Latin dan seni literatur adalah salah satu fokusnya agar para murid dapat menyalin dan menjaga karya-karya dari Bapa-Bapa Gereja. Sebagian besar murid adalah pelayan dalam gereja, walaupun ada sedikit orang awam yang ikut belajar dan dilatih. Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan para murid akan kehidupan kekal setelah kematian dan mendorong perenungan mengenai Tuhan selama masa hidup mereka di bumi
[4]. Beberapa tantangan yang besar adalah banyaknya murid yang keluar dan tidak meneruskan sampai benar-benar selesai karena tugas wewenan guru tidak tanggung jawab tingkat belajar mengajarNya.
[5]. Masalah lain adalah kurangnya materi atau bahan bacaan. Saat itu buku sangat langka dan metode pendiktean, mengingat, dan penyalinan kerap digunakan dalam proses belajar-mengajar. Menjelang akhir Abad Pertengahan, beberapa universitas mulai didirikan. Kurikulum universitas saat itu mengajarkan tujuh liberal arts yang masih dikenal dan diadopsi sampai saat ini.
[6).Perubahan konsep dan format pendidikan kembali terjadi pada periode Reformasi di abad 16. Salah satu orang tua menegaskan bahwa setiap pribadi harus bertanggung jawab dalam hubungan dengan Tuhan dan pembacaan Alkitab secara pribadi. Alkitab adalah standar kebenaran yang mutlak dan keselamatan sangat berkaitan dengan pengertian yang benar dan komprehensif mengenai Alkitab. Para reformator sangat menekankan pengajaran Alkitab yang menyeluruh dan mendorong diimplementasikannya pendidikan publik (termasuk orang miskin dan kaum marginal). Mereka menekankan bahwa pendidikan secara publik adalah kewajiban dari orang Kristen. Akhirnya pada saat itu, gereja Papua (bukan negara) yang mengatur dan menjalankan pendidikan publik.
Dunia pendidikan yang cenderung memfokuskan hasil evaluasi sebagai tujuan tertinggi cenderung dianut sebagian besar pendidik dan lembaga pendidikan apakah itu pendidikan dasar sampai menengah. Gampangnya kalau sudah mendapat nilai tinggi, tingkat kepuasan telah tercapai. Seperti ungkapan diatas, " Tidak jarang pelajar menjadi mendewakan prestasi akademis secara angka semata". Bahkan juga gurulah yang turut berperan membentuk pemikiran pelajar akan hal tersebut (entah sengaja ataupun tidak). Paling tidak itulah gambaran yang bisa saya lihat disekeliling di Papua dan Papua Barat.
Berapa banyak guru sebagai tenaga pendidik yang tulus mendidik? Sebagian besar fokus dengan segala macam tunjangan untuk kesejahteraan diri. Mudah-mudahan masih ada (dan masih banyak) guru Kristen yang benar-benar takut akan TUHAN diluar sana untuk mengenalkan tujuan pendidikan Kristen seutuhnya.

Berharap Pendidikan Kristen mempunyai tujuan yang jelas, benar dan sesuai prinsip Alkitab. Berharap guru memfungsikan diri semaksimal mungkin sebagai pendidik. Berharap setiap lembaga pendidikan disisipi minimal 1 orang yang takut akan TUHAN yang mampu memberi pengaruh melalui cara hidupnya.

Entri Populer

Advertisement