-
Do you need help?
Tampak Ketika Sosialisasi KPE di
Aula Pemda Dogiyai Dou Ena, Kemarin.
Doigiyai : Kepala Bidang kepegawaian
Badang Kepegawaian Daerah Regional IX Provinsi Papua, Elias Wenda S.sos.Msi,
Ketika melakukan sosialisasi Perekaman Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik
mengaku Kabupaten Dogiyai akan menjadi Kabupaten percontohan dalam melakukan
perekaman Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE) di Provinsi Papua, hal
ini disebabkan oleh PNS yang melakukan perekaman Kartu Pegawai Elektronik
sangat tinggi, Ujar Elias Wenda.
Lanjut Wenda, bagi Pegawai Negeri
Sipil mempunyai multifungsi diantaranya penganti Kartu Pegawai, dimana didalam
kartu KPE ini mengunakan cip yang menyimpan data termasuk keuangan sebagai ATM
PNS. dan didalam kartu ini akan terdapat foto, sidik jari dan data PNS
yang memiliki kartu tersebut, Banyak manfaat dari kartu KPE ini, pertama
sebagai kartu Karpek, kedua sebagai media ferivikasi layanan akses, THT dan
penisun, serta bisa digunakan sebagai ATM, termasuk data keluarga ada di dalam
ATM tersebut, jelas Wenda, saat sosialisasi KPE di Dogiyai,
Lanjut Wenda, perekaman data untuk
KPE tersebut merupakan program dari
Badan Kepegawaian Negara (BKN) Pusat bekerjasama dengan Sucofindo serta dibantu
oleh pihak BKD Kabupaten Dogiyai dan Bank Papua Cabang Moanemani. Artinya
seluruh PNS wajib mengikuti mengikuti program ini.
“Perekaman
tersebut, kata Wenda untuk Kabupaten Dogiyai akan ditargetkan Sebagai Kabupaten
percontohan dari Kabupaten Lain di Papua, hal ini dikarenakan antusias
perekaman KPE bagi PNS di Dogiyai sangat tinggi dari target waktu yang
diberikan, semoga seluruh PNS Dogiyai dapat terekam untuk pembuatan KPE
tersebut.
Sementara
itu, Sebanyak 2 Ribu orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah
Kabupaten telah melakukan perekaman Kartu Pegawai Elektronik (KPE), hal ini
terungkap saat melakukan Sosialisasi KPE oleh Bank Pembangunan Daerah Dogiyai,
Kantor Badan Kepegawaian Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupatren Dogiyai,
Kemarin (10/8) di gedung Serban Guna Dogiyai Dou Ena,.
Saat sosialisasi KPE, Kepala Bidang
Kepangkatan dan Mutasi Badang Kepegawaian Kabupaten Dogiyai, Simon Goo.S.Ip menjelaskan
bahwa Dari kurang lebih 1.500 orang PNS yang ada di Kabupaten Dogiyai, sudah
melakukan perekaman, dan yang masih belum melakukan perekaman agar segera
melakukan perekaman,
“Kabupaten Dogiyai masih ada daerah terpencil sehingga
Pegawai Distrik, dan perawat, guru-guru belum melakukan perekaman, hal ini
ketika dilakukan perekaman mereka tidak bias hadir karena jangkuan jauh
terpencil, namun dari 1.500 PNS Dogiyai hanya 200 PNS Yang belum melakukan
perekaman KPE” Jelas Simon Goo.
Menurutnya, Hal Ini menunjukan bahwa
PNS dilingkungan Pemkab Dogiyai yang memahami artinya memliliki KPE Sehingga
banyak PNS yang melakukan perekaman KPE,
“kita hanya menunggu PNS datang melakukan perekaman KPE
bersama petugas dari Bank Papua Cabang Moanemani yang sudah bekerjasama” tutur
Simon.
Lebih
jauh ia mengatakan, Dirinya berjanji akan menuntaskan perekaman tersebut dalam
minggu ini. Sejalan dengan janjinya tersebut pihaknya meminta kepada PNS yang
belum melakukan perekaman untuk datang melakukan perekaman kepada petugas
dengan cepat, supaya perekaman ini cepat di tuntaskan, jangan lagi PNS yang
belum merekam mengulur-ulur waktu, lakukan dengan cepat perekaman KPE ini supaya
semuanya mudah,”
“kami
sudah mengundang seluruh PNS, baik dari bidang
kesehatan, guru maupun dan teknis untuk melakukan perekaman foto dan sidik
jari, “katanya.
Sementara,
Kepala Bank Papua,Y Agapa mengatakan bahwa kaitan KPE dengan Bank Papua Cabang
Moanemani nantinya akan mempermudah para PNS untuk pengambilan gaji dengan
melalui ATM. “ KPE bisa digunakan untuk penarikan uang tunai melalui ATM Bank
Papua Cabang Moanemani dan terkoneksi dengan ATM bersama, “ kata Kacab Bank
Papua, Sembari mengatakan bahwa dalam pelaksanaan perekaman KPE pihak Bank
Papua Cabang Moanemani akan bertindak sebagai pelaksana lapangan.
“Kami
pihak Bank Papua siap melayani para PNS untuk melakukan transaksi di Bank Papua
Cabang Moanemani,” Ujar Agapa
Sementara
itu, Asisten I Tata Pemerintahan Kabupaten Dogiyai, Drs Samuel Rihi, Msi Kepada
Wartawan Media, Usai membuka acara sosialisasi Perekaman Kartu Pegawai Negeri
Elektronik, Di Aula Pemda Dogiyai Dou Ena, bahwa PNS
yang ada, dari masing-masing SKPD hingga ketingkat Distrik Kabupaten Dogiyai
agar melakukaman Perekaman Kartu PNS Elektronik atau KPE.
Lanjut Samuel, Pelaksanaan Perekaman
KPE bagi para PNS dilingkungan Pemerintah Kabupaten Dogiyai tersebut
direncanakan berlangsung selama seminggu bertempat di gedung serbaguna Pemda
Dogiyai Dou Ena.
Ia menjelaskan bahwa tujuan dari
diadakannya Perekaman KPE ini untuk meningkatkan Akurat Database PNS khususnya
PNS di Kabupaten Dogiyai untuk keperluan Perencanaan Peningkatan Pengembangan
Karir Kesejahteraan dan Pengendalian Disiplin PNS dan upaya ini merupakan
agenda Nasional yang harus diselesaikan dan Kartu ini harus dimiliki seluruh
Pegawai Negeri yang ada di Republik Indonesia,” Jelas Samuel.(
Herman Anou)
Otomatis
persaingan yang ada semakin ketat, karena itu setiap perusahaan berusaha
menunjukkan keunggulannya masing - masing. Orientasi perusahaan semata-mata
untuk memenuhi kepuasan konsumen, sementara kebutuhan konsumen semakin beragam,
untuk itu hanya perusahaan yang dapat memenuhi permintaan pasar, yang akan
tetap bertahan.
Oleh
sebab itu, pada akhir tahun 2013 tepatnya pada tanggal 29 Desember 2013 dibuka
usaha rumah makan khas Papua yang diberi nama ”Papuamart”. Rumah Makan Khas Papua
ini terletak di Jalan Tangkuban Perahu No. 432 Lembang. Rumah makan ini
memiliki konsep dan design bangunan yang benar benar mencirikan bangunan khas Papua,
dibangun di atas tanah seluas 920 m2 dan dengan luas bangunan
total 700 m2.
Rumah
Makan Papuamart memiliki peternakan
kambing sendiri untuk menjaga kualitas agar tetap empuk alami dan terasa manis
daging kambingnya. Tentunya ada beraneka ragam menu khas Papua yang dapat
dinikmati di rumah makan Papuamart. Tidak hanya sate kambingnya yang menjadi
andalan, menu menu lain seperti sop buntut sapi, papeda, dan ikan gurame cobek
yang disajikan di atas hot plate adalah beberapa dari menu makanan yang sangat
digemari oleh konsumen Rumah Makan Papuamart.
Lokasinya
yang berada di daerah dataran tinggi Lembang, membuat RM Papuamart memiliki
daya tarik lebih karena udaranya yang sejuk dan panorama alam pegunungan yang
indah. Didukung oleh letaknya yang tidak jauh dari beberapa kawasan wisata alam
seperti, taman wisata alam Gunung Tangkuban Perahu yang sangat terkenal dan menjadi
ikon wisata provinsi Jawa Barat, Curug Maribaya, dan tempat pemandian air panas
Sari Ater yang terletak di kaki gunung Tangkuban Perahu, membuat Rumah Makan
Papuamart memiliki target pasarnya sendiri. Selain tempat wisata, di daerah
Lembang juga terdapat beberapa pusat pelatihan dan pendidikan seperti Sespim
Polri, Pusdik Ajen, Brimob, Kowad, Balitsa, BLPP dan lain lain yang sering
mengadakan pertemuan
mama-mama papua |
Hasil kerajinana tangan mama-mama
papua khusus MEUWODIDE ,Kita percaya bahwa mama
papua bisa mampu menyelesaikan Noken merupakan tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa
dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu. Sama dengan tas pada
umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa
hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa
barang-barang dagangan ke pasar. Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala,
noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan
warisan kebudayaan dunia.
Tas tradisional Noken ini sendiri memiliki simbol kehidupan
yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama
kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal,
Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.
Yang menarik dari Noken ini adalah hanya orang Papua saja
yang boleh membuatnya. Membuat Noken sendiri dahulu bisa melambangkan
kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat
Noken dia tidak bisa dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah.
Terdapat ratusan
etnis dan bahasa di Papua,dan semua suku memiliki tradisi kerajinan
tangan Noken yang sama.Dahulu Noken dibuat karena suku Papua membutuhkan
sesuatu yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain. Tapi sekarang para
wanita di Papua sudah jarang yang bisa membuat Noken padahal itu adalah warisan
budaya yang menarik.
By
SALTEB
Konflik di negara kawasan Timur Tengah turut menjadi pembahasan dalam rangkaian Konfrensi Asia Afrika (KAA).
Pemerintah Indonesia mengaku akan membagi pengalamannya saat menangani konflik di Tanah Air, guna meredam konflik di sejumlah negara Timur Tengah saat ini, seperti Suriah, Irak, Yaman dan lainnya.
"Kami akan membagi pengalaman kepada teman-teman (negara peserta KAA), bagaimana membangun toleransi, berbeda-beda tetapi tidak harus bunuh-bunuhan," kata Penanggung Jawab KAA ke 60, Luhut Pandjaitan di Hall Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (19/4/2015).
Menurut dia, saat ini di sejumlah negara Timur Tengah banyak terjadi konflik yang memakan korban jiwa, khususnya akibat gerakan kelompok milisi negara Islam Irak dan Suriah. Masyarakat sipil lah menjadi korban. Karena itu, dalam forum tingkat tinggi ini Pemerintah akan memberikan perhatian khusus.
"Hal itu menjadi isu yang sangat sensitif sekarang. Kalau kami lihat sekarang sudah ratusan ribu yang mati di Suriah. Kami tidak bisa menutup mata," kata Kepala Staf Presiden Indonesia itu.
Meski begitu, lanjut Luhut, forum internasional ini tidak akan membahas secara spesifik penanganan ISIS. hanya akan dibahas dalam pertemuan negara-negara OKI (negara produsen minyak) dalam kesempatan KAA ini.
"Saya kira tidak spesifik, tapi akan diatur pertemuan dengan negara-negara OKI, yang kebetulan ikut dan mungkin juga akan disinggung," tegasnya.
Pemerintah Indonesia mengaku akan membagi pengalamannya saat menangani konflik di Tanah Air, guna meredam konflik di sejumlah negara Timur Tengah saat ini, seperti Suriah, Irak, Yaman dan lainnya.
"Kami akan membagi pengalaman kepada teman-teman (negara peserta KAA), bagaimana membangun toleransi, berbeda-beda tetapi tidak harus bunuh-bunuhan," kata Penanggung Jawab KAA ke 60, Luhut Pandjaitan di Hall Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (19/4/2015).
Menurut dia, saat ini di sejumlah negara Timur Tengah banyak terjadi konflik yang memakan korban jiwa, khususnya akibat gerakan kelompok milisi negara Islam Irak dan Suriah. Masyarakat sipil lah menjadi korban. Karena itu, dalam forum tingkat tinggi ini Pemerintah akan memberikan perhatian khusus.
"Hal itu menjadi isu yang sangat sensitif sekarang. Kalau kami lihat sekarang sudah ratusan ribu yang mati di Suriah. Kami tidak bisa menutup mata," kata Kepala Staf Presiden Indonesia itu.
Meski begitu, lanjut Luhut, forum internasional ini tidak akan membahas secara spesifik penanganan ISIS. hanya akan dibahas dalam pertemuan negara-negara OKI (negara produsen minyak) dalam kesempatan KAA ini.
"Saya kira tidak spesifik, tapi akan diatur pertemuan dengan negara-negara OKI, yang kebetulan ikut dan mungkin juga akan disinggung," tegasnya.
Ketua umum aliansi mahasiswa Papua, Jefri Wenda, mengatakan aksi diikuti oleh sekitar 300 mahasiswa asal Papua di Jawa dan Bali.
Dalam orasi yang dimulai sejak pagi hingga siang hari itu, mereka menggunakan atribut bendera bintang kejora di lengan dan kepala. Sesekali mereka berteriak "Merdeka!"
Unjuk rasa dilakukan bertepatan pada 1 Desember, yang dianggap sebagai hari kemerdekaan Papua. Upaya menuntut Papua merdeka kerap disuarakan oleh pemimpin separatis Benny Wenda di luar negeri.
"Berikan kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat Papua Barat," kata Jefri.
Mereka juga meminta pemerintah menarik unsur militer dan polisi dari Papua Barat dan menutup perusahaan asing di wilayah itu.
Mereka menolak tegas paket Otonomi Khusus Plus untuk Papua yang sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat.
Tak seperti di Jakarta, peringatan 1 Desember tidak menggema wilayah lain.
Di Papua sendiri situasi aman, tanpa aksi unjuk rasa, kata Kabid Humas Polda Papua AKBP Sulistyo Pudjo.
"Kecuali di Merauke, ada pagi-pagi ditemukan satu bendera berkibar, subuh pukul lima, tetapi pelakunya kita tidak tahu," katanya. "Yang lainnya tidak ada."
Dewan Pakar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia, Masud Said, mengatakan revisi otonomi khusus ini merupakan "upaya prosedural, konstitusional, dan konsultif."
"(Dibuat) dengan timbal balik komunikasi antara rakyat Papua yang diwakili oleh pemerintah provinsi, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, dan orang tua di Papua," katanya kepada BBC Indonesia.
Ini adalah solusi paling baik untuk menyelesaikan masalah Papua, klaim Masud.
"Paling bagus melalui undang-undang. Kalau tidak melembaga, kekhawatiran-kekhawatiran akan muncul. Tuntutan apapun disampaikan secara konstitusional akan menjadi sah."
Dalam orasi yang dimulai sejak pagi hingga siang hari itu, mereka menggunakan atribut bendera bintang kejora di lengan dan kepala. Sesekali mereka berteriak "Merdeka!"
Unjuk rasa dilakukan bertepatan pada 1 Desember, yang dianggap sebagai hari kemerdekaan Papua. Upaya menuntut Papua merdeka kerap disuarakan oleh pemimpin separatis Benny Wenda di luar negeri.
"Berikan kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi rakyat Papua Barat," kata Jefri.
Mereka juga meminta pemerintah menarik unsur militer dan polisi dari Papua Barat dan menutup perusahaan asing di wilayah itu.
Mereka menolak tegas paket Otonomi Khusus Plus untuk Papua yang sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat.
Tak seperti di Jakarta, peringatan 1 Desember tidak menggema wilayah lain.
Di Papua sendiri situasi aman, tanpa aksi unjuk rasa, kata Kabid Humas Polda Papua AKBP Sulistyo Pudjo.
"Kecuali di Merauke, ada pagi-pagi ditemukan satu bendera berkibar, subuh pukul lima, tetapi pelakunya kita tidak tahu," katanya. "Yang lainnya tidak ada."
Jalan tengah
RUU Otonomi khusus Papua sebelumnya dianggap bisa menjadi jalan tengah karena memberi ruang yang lebih luas kepada Papua dalam bidang pemerintahan, keuangan, dan kewenangan pengelolaan sumber daya alam.Dewan Pakar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia, Masud Said, mengatakan revisi otonomi khusus ini merupakan "upaya prosedural, konstitusional, dan konsultif."
"(Dibuat) dengan timbal balik komunikasi antara rakyat Papua yang diwakili oleh pemerintah provinsi, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, dan orang tua di Papua," katanya kepada BBC Indonesia.
Ini adalah solusi paling baik untuk menyelesaikan masalah Papua, klaim Masud.
"Paling bagus melalui undang-undang. Kalau tidak melembaga, kekhawatiran-kekhawatiran akan muncul. Tuntutan apapun disampaikan secara konstitusional akan menjadi sah."
pekan lalu (10/4) sekitar pukul 01.00, tepatnya di
sekitar kawasan Aloha, seorang warga yang baru pulang dari gereja di daerah
Juanda dibuntuti empat orang tak dikenal. Dia dibuntuti sejak dari bundaran
Aloha sampai depan Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru.
Setelah berbelok, tiba-tiba empat orang tadi melakukan aksi
pembegalan dengan menendang korban hingga terjatuh. Namun, korban masih
berusaha mempertahankan sepeda motornya. Tidak lama kemudian, datang seseorang
dari arah Surabaya dan langsung membantu korban. Empat begal pun melarikan
diri. Dari kejadian itu, mohon pihak keamanan di daerah sekitar Aloha terus
melakukan operasi di daerah tersebut agar masyarakat tidak resah dengan aksi
pembegalan.
GAUDENS D., Sedati, Sidoarjo, 088217603XXX
Pada hari ini Rabu, 1 Juni 2011), sdr. Selpius Bobii memfasilitasi
Siaran Pers bersama “Keluarga Korban Tragdi Berdarah” dan “Dewan Adat
Papua” didukung oleh SHDRP dan Front PEPERA PB menyikapi tragedy
berdarah pada tanggal 28 Mei 2011 di Pasar Lama Kamp Kei – Abepura –
Jayapura - Papua.
Dalam siaran pers ini, Keluarga Korban yang diwakili oleh Jefta menyatakan bahwa pihak keluarga mengutuk keras para pelaku, karena keluarga kami, empat mahasiswa Papua mengalami luka sobekan yang sangat kritis oleh warga migrant tertentu yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei. Keluarga korban juga tidak menerima pihak kepolisian yang memback up masyarakat migrant tertentu di Pasar Lama untuk mengepung para mahasiswa Papua yang dengan tangan kosong datang menanyakan kasus ini dan sekaligus menyakan pelaku untuk diserahkan ke pihak kepolisian untuk memproses hukum. Ia pun menyatakan: “pihak kepolisian harus bertanggung jawab atas insiden ini karena dua korban (Yulius dan Elisa) dicincang di depan pihak kepolisian, bahkan pihak kepolisian memback up masyarakat migrant di saat kepungan pada malam itu”, tegasnya.
Untuk menyikapi kasus ini, Jefta mengatakan dalam waktu dekat akan mengadakan demonstrasi damai ke DPRP untuk meminta kasus ini diusut tuntas dan DPRP memfasilitasi sebuah pertemuan antara tokoh masyarakat migrant dan tokoh masyarakat orang Papua agar mengantisipasi hal-hal serupa dan ambil sikap bersama untuk jangan terulang lagi.
Terkait dengan adanya isu bahwa akan ada penyerangan balik, Jefta mengatakan: “kami keluarga korban tidak pernah 100 % memikirkan akan adanya penyerangan balasan; dari awal kami menghendaki dan memutuskan bahwa masalah ini diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diselesaikan secara hukum; dan tentu jalur demonstrasi damai akan kami tempuh juga agar DPRP fasilitasi kami bicara bersama, baik keterwakilan tokoh Amber dan Papua”.
Komentar Jefta ditegaskan kembali oleh salah seorang keluarga korban (Holland Binen). Ia menegaskan bahwa pihak kepolisian itu harus independen. Kasus kemarin di Pasar Lama jelas-jelas pihak kepolisian memback up masyarakat migrant. Ia berharap ke depan pihak kepolisian harus netral, jangan memihak kepada salah satu pihak. Polisi harus professional menangani kasus-kasus, bukan untuk menciptakan konflik baru dan atau memihak kepada salah satu pihak lalu menyerang pihak lain. Ia menegaskan Negara ini Negara hukum, maka hukum itu harus ditegakkan, bukan main pilih kasih. Tak lupa disampaikan bahwa jika dalam peristiwa itu ada masyarakat mengalami keresahan, maka disampaikan minta maaf.
Mewakili korban juga, Elias Tamaka menegaskan bahwa pihak kepolisian jangan memprofokasi masyarakat. Ia menjelaskan bahwa selama ini pihak kepolisian justru menciptakan ketegangan, menciptakan keresahan. Contohnya beberapa hari mulai kasus di Kamp Kei terjadi, pihak kepolisian melakukan intimidasi, terror, dan keresahan dengan melakukan sweeping yang berlebihan; pada hal keluarga korban tidak ada rencana melakukan penyererangan balik ke masyarakat migrant. “Isu penyerangan itu dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab yang menghendaki Papua tetap ada konflik” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, aktifis HAM Independen (Usman Yogobi) menyatakan bahwa dari pengalaman insiden serupa yang ditanganinya, ia menyimpulkan bahwa insiden-insiden itu, para aktornya adalah BIN, BAIS, BAKIN dan TNI serta POLRI. Menurutnya para aktor inilah yang menciptakan adu domba antara masyarakat, baik sesama Papua maupun Papua dan masyarakat pendatang (amber). “Saya sudah bosan melihat permainan dari para aktor ini” kata Usman. Menurutnya, kasus Kamp Kei sebenarnya ditangani oleh polisi dengan baik karena sesaat tabaraan terjadi, polisi sudah ada ditempat, sebenarnya dua orang korban susulan ini tidak harus terjadi, karena itu terjadi di depan polisi. “Kami menilai ini ada permainan dari polisi untuk ciptakan konflik yang panjang” tegas Yogobi. Ia juga berharap jangan ada kasus baru lagi antara masyarakat orang asli Papua dan pendatang (migrant), dan juga jangan ada kasus baru sesama Papua.
Kasus ini pun menjadi perhatian Dewan Adat Papua. Ketua Umum Dewan Adat Papua melalui wakil sekretaris DAP (Willem Rumasep) mengatakan bahwa Dewan Adat Papua mempertanyakan insiden ini; “ada apa dibalik ini; karena peristiwa tabrakan selalu terjadi hampir setiap hari” tegasnya. “Jarang terjadi adanya penyerangan membabi buta dari warga mengkroyok orang atas insiden lalu lintas. Kasus di Kamp Kei ini sesungguhnya tidak terjadi, jikalau pihak kepolisian yang ada di situ mengamankannya dengan baik, namun justru pihak kepolisian mengeluarkan tembakan bertubi-tubi ke arah mahasiswa Papua yang datang pertanyakan kasus itu” imbuhnya. DAP berharap situasi ketegangan yang terjadi beberapa hari ini harus kita pulihkan kembali. “Jangan ada pihak yang bermain untuk menciptakan konflik di Tanah Papua lagi” harapnya.
Dalam jumpa per itu, ada juga wartawan yang mengatakan bahwa menurut Kapolresta, para pelaku itu ada di luar Papua dan akan di datangkan. Ia menambahkan bahwa yang menjadi kendala menurut Kapolresta adalah masalah ongkos transportasi untuk mendatangkan pelaku. Menyikapi komentar wartawan ini, Sekretaris Dewan Adat Papua mengatakan bahwa tak ada alasan bagi pihak kepolisian untuk menunda-nunda datangkan para pelaku dengan alasan masalah uang transportasi; ini tugas pihak kepolisian untuk mendatangkan para pelaku. Salah satu staf DAP juga menegaskan bahwa pihak polisi harus segera mendatangkan para pelaku untuk diproses hukum, jangan menunda-nunda lagi; apa pun caranya para pelaku itu di datangkan dan diproses hukum; polisi harus bertugas secara professional.
Dalam kesempatan itu, salah seorang wartawan mempertanyakan sikap mahasiswa Papua pada hari Minggu yang rame-rame datang ke Polsekta Abepura, katanya pada waktu itu ada masyarakat panik dengan kejadian itu. Jefta mengatakan: “jika kami telah menyerahkan masalah kepada pihak tertentu, maka kami pulang dengan yel-yel; itu tradisi kami, jadi kalau kami yel-yel, bukan berarti hendak melakukan penyerangan”. Ia menambahkan bahwa pada hari Minggu sore itu, para mahasiswa Papua hanya datang kepada Polsekta Abepura meminta untuk segera menangkap para pelaku, bukan untuk melakukan penyerangan balik.
Siaran pers yang digelar di kantor DAP di Expo – Waena itu ditutup dengan penegasan oleh pemfasilitasi (Selpius Bobii). “Konflik di Tanah Papua terjadi hanya demi dua kepentingan, yakni kepentingan ekonomi dan politik. Untuk mencapai dua kepentingan ini Negara Indonesia mengkondisikan Papua dengan menggunakan taktik “Devide Et Impera” – Pecah Belah dan Jajalah. Taktik pecah belah dan jajalah ini dulu dipake oleh Belanda untuk menjajah Indonesia; kini Negara Indonesia menggunakan metode yang sama untuk menjajah bangsa Papua,” ungkap Bobii. Lanjutnya: “Melalui kaki tangan Indonesia (BIN, BAIS, BAKIN, TNI dan POLRI) memainkan scenario tingkat tinggi untuk mengadu domba, baik sesama orang Papua, maupun orang Papua dan amber. Ini lagu lama yang terus dinyanyikan oleh Negara Indonesia melalui kaki tangannya” kata Pemfasilitasi. “Jika hendak menciptakan Papua Tanah Damai, mari kita menghargai sesama manusia, mari kita menciptakan keadilan, mari kita menegakan hukum, jangan memanfaatkan isu tertentu untuk menciptakan konflik baru lagi” Bobii menambahkan.
Pemfasilitasi Siaran Pers (Selpius) berharap bahwa apa yang tegaskan oleh keluarga korban dan Dewan Adat serta Aktifis Indenpen (Usman Yogobi) dapat diperhatikan dan ditindak lanjuti oleh semua pihak demi memulihkan situasi dan kondisi yang mengalami ketegangan di Jayapura selama beberapa hari pasca insiden berdarah di Kamp Kei. “Semoga proses hukum dapat berjalan dengan baik bagi para pelaku agar ada keadilan bagi pihak korban” harapanya.
Demikian kami laporkan jalannya Siaran Pers yang kami fasilitasi di Kantor DAP Expo – Waena yang diliput oleh berbagai media cetak dan electron, antara jam 15.00 s/d 16.00 WPB. Materi siaran persnya kami lampirkan di bawah ini, silahkan diteruskan ke jaringan Anda demi memulihkan keadaan di Jayapura dan memonitoring kasus ini demi keadilan bagi para korban dan demi penegakan hukum dan HAM di Tanah Papua khusnya dan Indonesia pada umumnya.
PERNYATAAN SIKAP BERSAMA KELUARGA KORBAN TRAGEDI BERDARAH DI PASAR LAMA
KAMP KEI- ABEPURA – JAYAPURA – PAPUA
===================================================================================
PRESS RELEASE
SEGERA BERHENTI KEKERASAN FISIK DAN KETIDAK-ADILAN SERTA PELECEHAN OLEH MASYARAKAT MIGRANT (PENDATANG) TERHADAP ORANG PAPUA; JIKA HENDAK HIDUP DI TANAH PAPUA HARGAILAH MASYARAKAT ADAT PAPUA PEMILIK TANAH PAPUA”
“Rentetan insiden berdarah di Tanah Papua telah dilakukan oleh TNI/POLRI. Tragedi berdarah kembali terjadi lagi, namun kali ini aktornya adalah warga sipil Madura-Makasar (pendatang) yang diback up polisi untuk membasmi orang asli Papua. Tragedi berdarah antara masyarakat pendatang (amber) dan para Mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang ini terjadi pada tanggal 28 Mei 201 berawal dari kecelakaan lalu lintas.” Berikut ini nama-nama korbannya, antara lain:
1. Nama : Alpen Amirka
Umu : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa UNCEN semester 4.
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang.
Akibat insiden : luka sobekan akibat dicincang dengan sabit oleh seorang warga migrant di Pasar Lama Kam Kei. Luka sobekan dibagian kanan tulang belikat; luka sobekan 60 jahitan.
2. Nama : Yesman Deall
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa, kuliah di Jogyakarta, semester 4 (sedang cuti)
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dipukul batu kali oleh seorang Makasar, dan luk sobekan di kepala dibagian kiri di dekat otak kecil. Luka sobekan 7 jahitan, kedalaman luka 5,6 cm.
3. Nama : Yulianus Uropdana, SH
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Baru selesai SI di UNIAP Jayapura; dan rencana ambil S2 di Yogyakarta
Agama : Katolik
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dicincang parang di pergelangan tangan kiri, tulang topi ke luar, dan urat-urat terputus. Luka sobekannya 50 jahitan.
4. Nama : Elisa Mimin
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiwa STIKOM, semester dua.
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : luka sobek dicincang parang di pergelangan tangan kiri; dan luka sobek dicincang parang di bagian kanan kepala di dekat otak kecil.
Menurut Alpen (Korban) dan Yesman Deall (Korban), serta temannya mengatakan bahwa sesungguhnya yang bersalah itu abang ojek yang memotog jalan dari arah kanan (jalan masuk dipinggiran kali Acai) yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun beberapa abang ojek dan hampir semua masyarakat migrant (pendatang) yang berdomisili di Kompleks Pasar Lama, lebih khusus laki—laki terlibat dalam pengepungan terhadap para mahasiswa Papua untuk membela masyarakatnya yang bersalah yang telah melarikan diri meninggalkan sepeda motornya pasca kecelakaan lalulintas terjadi.
Menurut ketarangan Yulianus ((korban) bahwa mendengar rentetan tembakan, sdr Yulianus (korban susulan) menghindar dan berdiri dipertigaan Pasar Lama, tiba-tiba masyarakat Migrant mengepung, sementara itu polisi menembak sambil maju ke arah mahasiswa. Yulianus pun heran bahwa masyarakat pendatang (amber) ada kerja sama dengan polisi. Ia pun menanyakan kenapa pada saat itu polisi ada ditempat, namun tidak mengajak para mahasiswa untuk berbicara, malah justru polisi menembak maju bersama dengan masyarakat pendatang mengepung para mahasiswa yang tidak membawa alat tajam, bahkan tidak memegang barang tumpul lainnya – alias tangan kosong. Yulianus menuturkan bahwa ia pun hampir ditembak mati oleh polisi, namun ada seorang anggota polisi yang mengenalnya, datang merangkulnya, maka anggota polisi yang siap menembak itu, tidak menembaknya.
Dipihak masyarakat migrant (pendatang) tidak ada yang korban (munggkin ada, tetapi itu hanya sebatas luka memar), sementara empat mahasiswa asal Pegunungan Bintang berada dalam kondisi kritis akibat serangan membabi buta dari masyarakat pendatang (amber) yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.
Mengingat banyak intel yang menyamar menjadi wartawan dan juga banyak intel, serta polisi datang bertanya-tanya sambil memantau ke empat korban tragedi berdarah ini, maka para korban meminta pihak RSUD Abepura untuk rawat jalan saja setelah menjalani perawatan selama dua hari di UGD RSUD Abepura – Jayapura – Papua.
Aparat kepolisian hingga saat ini bersiaga satu dengan senjata lengkap di dua arah jalan, yakni jalan Garuda (jalan masuk Pasar Lama) dan juga siaga satu di Kali Acai, dan juga disiagakan di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.
Insiden berdarah ini terjadi pembiaran oleh aparat kepolisian untuk mengepung mahasiswa oleh masyarakat pendatang (amber) yang ada di Kompleks Pasar Lama. Justru polisi memback up masyarakat pendatang untuk mengepung para mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang. Berikut ini ada beberapa pertanyaan analisa atas insiden berdarah ini:
1). Mengapa polisi bersembunyi di rumah-rumah warga masyarakat pendatang (migrant) dan bergegas menembakan rentetan peluru setelah masyarakat pendatang membunyikan tiang-tiang listrik sebagai tanda penyerangan kepada para mahasiswa Papua?
2) Mengapa pihak kepolisian bergegas maju bersama masyarakat pendatang (amber) sambil menembak ke arah para Mahasiswa Papua yang (dengan tangan kosong) datang mempertanyakan tragedi berdarah ini dan menanyakan para pelaku?
3) Mengapa polisi tidak mendekati dan diajak bicara dengan para mahasiswa Papua ketika mendatangi ke tempat kejadian, malah sebaliknya para mahasiswa yang tangan kosong dikepung masyarakat migrant (pendatang) diback up polisi dengan menembakkan peluru bertubi-tubi, yang akibatnya dua mahasiswa Papua (Yulianus dan Elisa) menjadi korban susulan pada malam itu?
4) Ada apa dibalik insiden berdarah ini?
Menyikapi tragedi berdarah ini, kami menyatakan dengan tegas bahwa:
1. Kami mengutuk dengan tegas insiden berdarah antara warga migrant di Pasar Lama dan Mahasiswa Papua yang telah mengorbankan empat mahasiswa Papua mengalami luka kritis.
2. Mendesak KAPOLDA Papua segera mengusut tuntas para pelaku penikaman ini.
3. Aparat Kepolisian yang memback up masyarakat migrant (pendatang) Kapolda segera mengusut tuntas dan meminta KAPOLDA memecat mereka karena mereka tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, bahkan di depan mata mereka dua mahasiswa Papua mengalami luka berat akibat dicincang (dipotong) dengan parang.
4. Tokoh Masyarakat Papua dan Tokoh Masyarakat Mingrat (pendatang) segera duduk bersama untuk membicarakan kantibmas di Tanah Papua agar ke depan tidak terjadi hal-hal yang tidak ingin bersama.
5. KOMNAS HAM Papua harus menyeriusi masalah ini, karena ini bukan kriminal murni, tetapi pelanggaran HAM.
6. DPRP segera memainkan perannya untuk menghadirkan para Tokoh Masyarakat Papua dan Tokoh Masyarakat Migrant (pendatang) untuk membicarakan kantibmas di Tanah Papua.
7. Informasi yang dihembuskan beberapa hari pasca kejadian bahwa akan ada penyerangan, berita ini dihembuskan oleh orang-orang yang hanya hendak menciptakan konflik di Tanah Papua; kami telah memutuskan di Honai Adat kami pada tanggal 30 Mei 2011 bahwa kami hanya akan mengadakan aksi damai ke DPRP untuk meminta mengusut tuntas kasus ini, karena kasus ini bukan kasus kriminal murni, tetapi kasus ini pelanggaran HAM karena kasus ini diback up pihak kepolisian mengepung para mahasiswa Papua akhirnya dua orang lagi korban susulan (Yulius dan Elisa).
8. Dihimbau kepada masyarakat migrant dan Papua jangan terprovokasi dan menjaga kedamaian di Tanah Papua.
Demikian siaran pers ini dibuat dengan sesungguhnya, harapan kami dapat ditindak-lanjuti oleh semua pihak demi menjaga ketertiban dan keamanan di Tanah Papua.
Jayapura, Rabu, 1 Juni 2011
Keluarga Korban Tragedi Berdarah
Dalam siaran pers ini, Keluarga Korban yang diwakili oleh Jefta menyatakan bahwa pihak keluarga mengutuk keras para pelaku, karena keluarga kami, empat mahasiswa Papua mengalami luka sobekan yang sangat kritis oleh warga migrant tertentu yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei. Keluarga korban juga tidak menerima pihak kepolisian yang memback up masyarakat migrant tertentu di Pasar Lama untuk mengepung para mahasiswa Papua yang dengan tangan kosong datang menanyakan kasus ini dan sekaligus menyakan pelaku untuk diserahkan ke pihak kepolisian untuk memproses hukum. Ia pun menyatakan: “pihak kepolisian harus bertanggung jawab atas insiden ini karena dua korban (Yulius dan Elisa) dicincang di depan pihak kepolisian, bahkan pihak kepolisian memback up masyarakat migrant di saat kepungan pada malam itu”, tegasnya.
Untuk menyikapi kasus ini, Jefta mengatakan dalam waktu dekat akan mengadakan demonstrasi damai ke DPRP untuk meminta kasus ini diusut tuntas dan DPRP memfasilitasi sebuah pertemuan antara tokoh masyarakat migrant dan tokoh masyarakat orang Papua agar mengantisipasi hal-hal serupa dan ambil sikap bersama untuk jangan terulang lagi.
Terkait dengan adanya isu bahwa akan ada penyerangan balik, Jefta mengatakan: “kami keluarga korban tidak pernah 100 % memikirkan akan adanya penyerangan balasan; dari awal kami menghendaki dan memutuskan bahwa masalah ini diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diselesaikan secara hukum; dan tentu jalur demonstrasi damai akan kami tempuh juga agar DPRP fasilitasi kami bicara bersama, baik keterwakilan tokoh Amber dan Papua”.
Komentar Jefta ditegaskan kembali oleh salah seorang keluarga korban (Holland Binen). Ia menegaskan bahwa pihak kepolisian itu harus independen. Kasus kemarin di Pasar Lama jelas-jelas pihak kepolisian memback up masyarakat migrant. Ia berharap ke depan pihak kepolisian harus netral, jangan memihak kepada salah satu pihak. Polisi harus professional menangani kasus-kasus, bukan untuk menciptakan konflik baru dan atau memihak kepada salah satu pihak lalu menyerang pihak lain. Ia menegaskan Negara ini Negara hukum, maka hukum itu harus ditegakkan, bukan main pilih kasih. Tak lupa disampaikan bahwa jika dalam peristiwa itu ada masyarakat mengalami keresahan, maka disampaikan minta maaf.
Mewakili korban juga, Elias Tamaka menegaskan bahwa pihak kepolisian jangan memprofokasi masyarakat. Ia menjelaskan bahwa selama ini pihak kepolisian justru menciptakan ketegangan, menciptakan keresahan. Contohnya beberapa hari mulai kasus di Kamp Kei terjadi, pihak kepolisian melakukan intimidasi, terror, dan keresahan dengan melakukan sweeping yang berlebihan; pada hal keluarga korban tidak ada rencana melakukan penyererangan balik ke masyarakat migrant. “Isu penyerangan itu dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab yang menghendaki Papua tetap ada konflik” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, aktifis HAM Independen (Usman Yogobi) menyatakan bahwa dari pengalaman insiden serupa yang ditanganinya, ia menyimpulkan bahwa insiden-insiden itu, para aktornya adalah BIN, BAIS, BAKIN dan TNI serta POLRI. Menurutnya para aktor inilah yang menciptakan adu domba antara masyarakat, baik sesama Papua maupun Papua dan masyarakat pendatang (amber). “Saya sudah bosan melihat permainan dari para aktor ini” kata Usman. Menurutnya, kasus Kamp Kei sebenarnya ditangani oleh polisi dengan baik karena sesaat tabaraan terjadi, polisi sudah ada ditempat, sebenarnya dua orang korban susulan ini tidak harus terjadi, karena itu terjadi di depan polisi. “Kami menilai ini ada permainan dari polisi untuk ciptakan konflik yang panjang” tegas Yogobi. Ia juga berharap jangan ada kasus baru lagi antara masyarakat orang asli Papua dan pendatang (migrant), dan juga jangan ada kasus baru sesama Papua.
Kasus ini pun menjadi perhatian Dewan Adat Papua. Ketua Umum Dewan Adat Papua melalui wakil sekretaris DAP (Willem Rumasep) mengatakan bahwa Dewan Adat Papua mempertanyakan insiden ini; “ada apa dibalik ini; karena peristiwa tabrakan selalu terjadi hampir setiap hari” tegasnya. “Jarang terjadi adanya penyerangan membabi buta dari warga mengkroyok orang atas insiden lalu lintas. Kasus di Kamp Kei ini sesungguhnya tidak terjadi, jikalau pihak kepolisian yang ada di situ mengamankannya dengan baik, namun justru pihak kepolisian mengeluarkan tembakan bertubi-tubi ke arah mahasiswa Papua yang datang pertanyakan kasus itu” imbuhnya. DAP berharap situasi ketegangan yang terjadi beberapa hari ini harus kita pulihkan kembali. “Jangan ada pihak yang bermain untuk menciptakan konflik di Tanah Papua lagi” harapnya.
Dalam jumpa per itu, ada juga wartawan yang mengatakan bahwa menurut Kapolresta, para pelaku itu ada di luar Papua dan akan di datangkan. Ia menambahkan bahwa yang menjadi kendala menurut Kapolresta adalah masalah ongkos transportasi untuk mendatangkan pelaku. Menyikapi komentar wartawan ini, Sekretaris Dewan Adat Papua mengatakan bahwa tak ada alasan bagi pihak kepolisian untuk menunda-nunda datangkan para pelaku dengan alasan masalah uang transportasi; ini tugas pihak kepolisian untuk mendatangkan para pelaku. Salah satu staf DAP juga menegaskan bahwa pihak polisi harus segera mendatangkan para pelaku untuk diproses hukum, jangan menunda-nunda lagi; apa pun caranya para pelaku itu di datangkan dan diproses hukum; polisi harus bertugas secara professional.
Dalam kesempatan itu, salah seorang wartawan mempertanyakan sikap mahasiswa Papua pada hari Minggu yang rame-rame datang ke Polsekta Abepura, katanya pada waktu itu ada masyarakat panik dengan kejadian itu. Jefta mengatakan: “jika kami telah menyerahkan masalah kepada pihak tertentu, maka kami pulang dengan yel-yel; itu tradisi kami, jadi kalau kami yel-yel, bukan berarti hendak melakukan penyerangan”. Ia menambahkan bahwa pada hari Minggu sore itu, para mahasiswa Papua hanya datang kepada Polsekta Abepura meminta untuk segera menangkap para pelaku, bukan untuk melakukan penyerangan balik.
Siaran pers yang digelar di kantor DAP di Expo – Waena itu ditutup dengan penegasan oleh pemfasilitasi (Selpius Bobii). “Konflik di Tanah Papua terjadi hanya demi dua kepentingan, yakni kepentingan ekonomi dan politik. Untuk mencapai dua kepentingan ini Negara Indonesia mengkondisikan Papua dengan menggunakan taktik “Devide Et Impera” – Pecah Belah dan Jajalah. Taktik pecah belah dan jajalah ini dulu dipake oleh Belanda untuk menjajah Indonesia; kini Negara Indonesia menggunakan metode yang sama untuk menjajah bangsa Papua,” ungkap Bobii. Lanjutnya: “Melalui kaki tangan Indonesia (BIN, BAIS, BAKIN, TNI dan POLRI) memainkan scenario tingkat tinggi untuk mengadu domba, baik sesama orang Papua, maupun orang Papua dan amber. Ini lagu lama yang terus dinyanyikan oleh Negara Indonesia melalui kaki tangannya” kata Pemfasilitasi. “Jika hendak menciptakan Papua Tanah Damai, mari kita menghargai sesama manusia, mari kita menciptakan keadilan, mari kita menegakan hukum, jangan memanfaatkan isu tertentu untuk menciptakan konflik baru lagi” Bobii menambahkan.
Pemfasilitasi Siaran Pers (Selpius) berharap bahwa apa yang tegaskan oleh keluarga korban dan Dewan Adat serta Aktifis Indenpen (Usman Yogobi) dapat diperhatikan dan ditindak lanjuti oleh semua pihak demi memulihkan situasi dan kondisi yang mengalami ketegangan di Jayapura selama beberapa hari pasca insiden berdarah di Kamp Kei. “Semoga proses hukum dapat berjalan dengan baik bagi para pelaku agar ada keadilan bagi pihak korban” harapanya.
Demikian kami laporkan jalannya Siaran Pers yang kami fasilitasi di Kantor DAP Expo – Waena yang diliput oleh berbagai media cetak dan electron, antara jam 15.00 s/d 16.00 WPB. Materi siaran persnya kami lampirkan di bawah ini, silahkan diteruskan ke jaringan Anda demi memulihkan keadaan di Jayapura dan memonitoring kasus ini demi keadilan bagi para korban dan demi penegakan hukum dan HAM di Tanah Papua khusnya dan Indonesia pada umumnya.
PERNYATAAN SIKAP BERSAMA KELUARGA KORBAN TRAGEDI BERDARAH DI PASAR LAMA
KAMP KEI- ABEPURA – JAYAPURA – PAPUA
===================================================================================
PRESS RELEASE
SEGERA BERHENTI KEKERASAN FISIK DAN KETIDAK-ADILAN SERTA PELECEHAN OLEH MASYARAKAT MIGRANT (PENDATANG) TERHADAP ORANG PAPUA; JIKA HENDAK HIDUP DI TANAH PAPUA HARGAILAH MASYARAKAT ADAT PAPUA PEMILIK TANAH PAPUA”
“Rentetan insiden berdarah di Tanah Papua telah dilakukan oleh TNI/POLRI. Tragedi berdarah kembali terjadi lagi, namun kali ini aktornya adalah warga sipil Madura-Makasar (pendatang) yang diback up polisi untuk membasmi orang asli Papua. Tragedi berdarah antara masyarakat pendatang (amber) dan para Mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang ini terjadi pada tanggal 28 Mei 201 berawal dari kecelakaan lalu lintas.” Berikut ini nama-nama korbannya, antara lain:
1. Nama : Alpen Amirka
Umu : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa UNCEN semester 4.
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang.
Akibat insiden : luka sobekan akibat dicincang dengan sabit oleh seorang warga migrant di Pasar Lama Kam Kei. Luka sobekan dibagian kanan tulang belikat; luka sobekan 60 jahitan.
2. Nama : Yesman Deall
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa, kuliah di Jogyakarta, semester 4 (sedang cuti)
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dipukul batu kali oleh seorang Makasar, dan luk sobekan di kepala dibagian kiri di dekat otak kecil. Luka sobekan 7 jahitan, kedalaman luka 5,6 cm.
3. Nama : Yulianus Uropdana, SH
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Baru selesai SI di UNIAP Jayapura; dan rencana ambil S2 di Yogyakarta
Agama : Katolik
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dicincang parang di pergelangan tangan kiri, tulang topi ke luar, dan urat-urat terputus. Luka sobekannya 50 jahitan.
4. Nama : Elisa Mimin
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiwa STIKOM, semester dua.
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : luka sobek dicincang parang di pergelangan tangan kiri; dan luka sobek dicincang parang di bagian kanan kepala di dekat otak kecil.
Menurut Alpen (Korban) dan Yesman Deall (Korban), serta temannya mengatakan bahwa sesungguhnya yang bersalah itu abang ojek yang memotog jalan dari arah kanan (jalan masuk dipinggiran kali Acai) yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun beberapa abang ojek dan hampir semua masyarakat migrant (pendatang) yang berdomisili di Kompleks Pasar Lama, lebih khusus laki—laki terlibat dalam pengepungan terhadap para mahasiswa Papua untuk membela masyarakatnya yang bersalah yang telah melarikan diri meninggalkan sepeda motornya pasca kecelakaan lalulintas terjadi.
Menurut ketarangan Yulianus ((korban) bahwa mendengar rentetan tembakan, sdr Yulianus (korban susulan) menghindar dan berdiri dipertigaan Pasar Lama, tiba-tiba masyarakat Migrant mengepung, sementara itu polisi menembak sambil maju ke arah mahasiswa. Yulianus pun heran bahwa masyarakat pendatang (amber) ada kerja sama dengan polisi. Ia pun menanyakan kenapa pada saat itu polisi ada ditempat, namun tidak mengajak para mahasiswa untuk berbicara, malah justru polisi menembak maju bersama dengan masyarakat pendatang mengepung para mahasiswa yang tidak membawa alat tajam, bahkan tidak memegang barang tumpul lainnya – alias tangan kosong. Yulianus menuturkan bahwa ia pun hampir ditembak mati oleh polisi, namun ada seorang anggota polisi yang mengenalnya, datang merangkulnya, maka anggota polisi yang siap menembak itu, tidak menembaknya.
Dipihak masyarakat migrant (pendatang) tidak ada yang korban (munggkin ada, tetapi itu hanya sebatas luka memar), sementara empat mahasiswa asal Pegunungan Bintang berada dalam kondisi kritis akibat serangan membabi buta dari masyarakat pendatang (amber) yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.
Mengingat banyak intel yang menyamar menjadi wartawan dan juga banyak intel, serta polisi datang bertanya-tanya sambil memantau ke empat korban tragedi berdarah ini, maka para korban meminta pihak RSUD Abepura untuk rawat jalan saja setelah menjalani perawatan selama dua hari di UGD RSUD Abepura – Jayapura – Papua.
Aparat kepolisian hingga saat ini bersiaga satu dengan senjata lengkap di dua arah jalan, yakni jalan Garuda (jalan masuk Pasar Lama) dan juga siaga satu di Kali Acai, dan juga disiagakan di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.
Insiden berdarah ini terjadi pembiaran oleh aparat kepolisian untuk mengepung mahasiswa oleh masyarakat pendatang (amber) yang ada di Kompleks Pasar Lama. Justru polisi memback up masyarakat pendatang untuk mengepung para mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang. Berikut ini ada beberapa pertanyaan analisa atas insiden berdarah ini:
1). Mengapa polisi bersembunyi di rumah-rumah warga masyarakat pendatang (migrant) dan bergegas menembakan rentetan peluru setelah masyarakat pendatang membunyikan tiang-tiang listrik sebagai tanda penyerangan kepada para mahasiswa Papua?
2) Mengapa pihak kepolisian bergegas maju bersama masyarakat pendatang (amber) sambil menembak ke arah para Mahasiswa Papua yang (dengan tangan kosong) datang mempertanyakan tragedi berdarah ini dan menanyakan para pelaku?
3) Mengapa polisi tidak mendekati dan diajak bicara dengan para mahasiswa Papua ketika mendatangi ke tempat kejadian, malah sebaliknya para mahasiswa yang tangan kosong dikepung masyarakat migrant (pendatang) diback up polisi dengan menembakkan peluru bertubi-tubi, yang akibatnya dua mahasiswa Papua (Yulianus dan Elisa) menjadi korban susulan pada malam itu?
4) Ada apa dibalik insiden berdarah ini?
Menyikapi tragedi berdarah ini, kami menyatakan dengan tegas bahwa:
1. Kami mengutuk dengan tegas insiden berdarah antara warga migrant di Pasar Lama dan Mahasiswa Papua yang telah mengorbankan empat mahasiswa Papua mengalami luka kritis.
2. Mendesak KAPOLDA Papua segera mengusut tuntas para pelaku penikaman ini.
3. Aparat Kepolisian yang memback up masyarakat migrant (pendatang) Kapolda segera mengusut tuntas dan meminta KAPOLDA memecat mereka karena mereka tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, bahkan di depan mata mereka dua mahasiswa Papua mengalami luka berat akibat dicincang (dipotong) dengan parang.
4. Tokoh Masyarakat Papua dan Tokoh Masyarakat Mingrat (pendatang) segera duduk bersama untuk membicarakan kantibmas di Tanah Papua agar ke depan tidak terjadi hal-hal yang tidak ingin bersama.
5. KOMNAS HAM Papua harus menyeriusi masalah ini, karena ini bukan kriminal murni, tetapi pelanggaran HAM.
6. DPRP segera memainkan perannya untuk menghadirkan para Tokoh Masyarakat Papua dan Tokoh Masyarakat Migrant (pendatang) untuk membicarakan kantibmas di Tanah Papua.
7. Informasi yang dihembuskan beberapa hari pasca kejadian bahwa akan ada penyerangan, berita ini dihembuskan oleh orang-orang yang hanya hendak menciptakan konflik di Tanah Papua; kami telah memutuskan di Honai Adat kami pada tanggal 30 Mei 2011 bahwa kami hanya akan mengadakan aksi damai ke DPRP untuk meminta mengusut tuntas kasus ini, karena kasus ini bukan kasus kriminal murni, tetapi kasus ini pelanggaran HAM karena kasus ini diback up pihak kepolisian mengepung para mahasiswa Papua akhirnya dua orang lagi korban susulan (Yulius dan Elisa).
8. Dihimbau kepada masyarakat migrant dan Papua jangan terprovokasi dan menjaga kedamaian di Tanah Papua.
Demikian siaran pers ini dibuat dengan sesungguhnya, harapan kami dapat ditindak-lanjuti oleh semua pihak demi menjaga ketertiban dan keamanan di Tanah Papua.
Jayapura, Rabu, 1 Juni 2011
Keluarga Korban Tragedi Berdarah
Noken
merupakan tas tradisional masyarakat papua yang umumnya lebih sering
dipakai oleh orang yang bermukim di daerah pegunungan, dan biasa dibawa
dengan menggunakan kepala untuk ukuran besar dan bisa di gandeng jika
ukuranya kecil perli diketahui bahwa noken itu terbuat dari serat kulit
kayu. Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa
barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar.
noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia dan pada 4 desember 2012 ini karena keunikanya,
Tas Noken ini sendiri asli buatan mama-mama di Papua, tas tradisional Noken ini sendiri memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani (penduduk yang bermukim di pegunungan).
Yang menarik dari Noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken. Membuat Noken sendiri dahulu bisa melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak bisa dianggap dewasa dan itu merupakan syarat.
bahan dasar nokenya ialah bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. Sedangkan yang berukuran kecil digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu dan dipakai dalam upacara.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar.
noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia dan pada 4 desember 2012 ini karena keunikanya,
Tas Noken ini sendiri asli buatan mama-mama di Papua, tas tradisional Noken ini sendiri memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani (penduduk yang bermukim di pegunungan).
Yang menarik dari Noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat Noken. Membuat Noken sendiri dahulu bisa melambangkan kedewasaan si perempuan itu. Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak bisa dianggap dewasa dan itu merupakan syarat.
bahan dasar nokenya ialah bahan baku kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan. Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. Sedangkan yang berukuran kecil digunakan untuk membawa barang-barang pribadi. Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu dan dipakai dalam upacara.
Persipura Jayapura menanggapi negatif keputusan Menpora yang membekukan PSSI. Tim Mutiara Hitam PSSI dibekukan saat mereka masih berlaga di AFC Cup 2015.
Seperti diberitakan Solopos.com sebelumnya, Menpora Imam Nahrawi melalui surat keputusannya tertanggal 17 April 2015 memutuskan untuk membekukan PSSI dari segala aktivitas sepak bola.
Imam Nahrawi lalu menyerahkan kepada KONI dan KOI untuk mengurus Timnas Indonesia dan kompetisi QNB League 2015. Menpora juga akan membentuk Tim Transisi demi membentuk kepengurusan baru PSSI yang bersih dan kompeten.
Keputusan PSSI dibekukan Menpora ini jelas mendapat reaksi negatif dari Ketua Umum PSSI yan baru, La Nyalla Mattalitti. La Nyalla menegaskan akan tetap menjalankan organisasinya meskipun dibekukan oleh pemerintah.
Persipura melalu sekretaris umumnya, Rocky Bebena, juga mempertanyakan keputusan Menpora yang membekukan PSSI. Saat ini Persipura Jayapura tengah berlaga di AFC 2015. Apabila ada sanksi FIFA, maka mereka akan dicoret dari kompetisi tersebut.
“Kami Persipura pantang untuk keluar dari aturan. Kami pernah mengalami hal ini, dan kalau itu terulang memang siapa yang mau tanggung jawab?” ujar Rocky, seperti dikutip dari Detik, Sabtu (18/4/2015).
Rocky berhadap La Nyala Mattalitti bergerak untuk menyelamatkan Kompetisi QNB League 2015 dan klub-klub peserta. ”Ketua umum terpilih harus segera bergerak untuk menyelamatkan kompetisi. Paling lambat Senin,” tutupnya.
Dalam artikel ini, penulis akan fokus pada aspek kejatuhan
dalam dunia pendidikan. Maksud utama artikel ini sebenarnya sederhana, yakni
mengajak pembaca untuk bersama-sama memikirkan kembali beberapa pertanyaan
dasar. Siapakah itu guru? Apa itu mengajar? Apa tujuan akhir dari mengajar?
[1] Pembahasan akan terpusat dalam menjawab tiga pertanyaan
dasar tersebut. Beberapa perspektif seperti perkembangan konsep pendidikan
sepanjang sejarah dan pandangan dari beberapa tokoh penting akan digunakan
untuk memperkaya pengulasan dalam tulisan ini.
Konsep pendidikan yang menarik dapat kita lihat dalam kebudayaan Papua dan PapuaBarat dan Sparta. Aspek pengajaran bukanlah sesuatu yang asing bagi bangsa Papua dan Papua Barat. Setiap anak dalam komunitas Papua dan Papua Barat pastiNya diajarkan mengenai Taurat. Baik secara langsung oleh orang tua, maupun secara publik di sekolah Taurat.
Konsep pendidikan yang menarik dapat kita lihat dalam kebudayaan Papua dan PapuaBarat dan Sparta. Aspek pengajaran bukanlah sesuatu yang asing bagi bangsa Papua dan Papua Barat. Setiap anak dalam komunitas Papua dan Papua Barat pastiNya diajarkan mengenai Taurat. Baik secara langsung oleh orang tua, maupun secara publik di sekolah Taurat.
[2]. Khususnya dalam pendidikan oleh orang tua, pengajaran
secara lisan menjadi aspek yang begitu penting (bandingkan dengan Ulangan 6:7).
Saat anak-anak menginjak usia 13 tahun, anak yang tergolong pandai dapat
melanjutkan studinya untuk suatu saat menjadi rabi/guru yang akan mengajar
Taurat
[3]. Yang menjadi inti dari kegiatan belajar-mengajar ini
adalah penyembahan kepada Tuhan. Sangat berbeda dengan pendidikan Sparta,
tujuan akhirnya adalah untuk mencetakkan atau mengajukkan identitas diri ke KPU
karenakan tingkatan belajar mengajar guru gajiNya kecil sehingga tindakan
pribadi lari ke dunia politik mengapa identitas guru lari ke politik ini yang
jadi pertanya
Pada Abad Pertengahan terjadi perubahan yang cukup besar
dalam konsep dan format pendidikan. Biara, gereja, dan sekolah untuk kaum
bangsawan menjadi institusi utama dalam kegiatan belajar-mengajar. Bahasa Latin
dan seni literatur adalah salah satu fokusnya agar para murid dapat menyalin
dan menjaga karya-karya dari Bapa-Bapa Gereja. Sebagian besar murid adalah
pelayan dalam gereja, walaupun ada sedikit orang awam yang ikut belajar dan
dilatih. Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan para murid akan kehidupan
kekal setelah kematian dan mendorong perenungan mengenai Tuhan selama masa
hidup mereka di bumi
[4]. Beberapa tantangan yang besar adalah banyaknya murid
yang keluar dan tidak meneruskan sampai benar-benar selesai karena tugas
wewenan guru tidak tanggung jawab tingkat belajar mengajarNya.
[5]. Masalah lain adalah kurangnya materi atau bahan bacaan.
Saat itu buku sangat langka dan metode pendiktean, mengingat, dan penyalinan
kerap digunakan dalam proses belajar-mengajar. Menjelang akhir Abad
Pertengahan, beberapa universitas mulai didirikan. Kurikulum universitas saat
itu mengajarkan tujuh liberal arts yang masih dikenal dan diadopsi
sampai saat ini.
[6).Perubahan konsep dan format pendidikan kembali terjadi
pada periode Reformasi di abad 16. Salah satu orang tua menegaskan bahwa setiap
pribadi harus bertanggung jawab dalam hubungan dengan Tuhan dan pembacaan
Alkitab secara pribadi. Alkitab adalah standar kebenaran yang mutlak dan
keselamatan sangat berkaitan dengan pengertian yang benar dan komprehensif
mengenai Alkitab. Para reformator sangat menekankan pengajaran Alkitab yang
menyeluruh dan mendorong diimplementasikannya pendidikan publik (termasuk orang
miskin dan kaum marginal). Mereka menekankan bahwa pendidikan secara publik
adalah kewajiban dari orang Kristen. Akhirnya pada saat itu, gereja Papua
(bukan negara) yang mengatur dan menjalankan pendidikan publik.
Dunia pendidikan yang cenderung memfokuskan hasil evaluasi
sebagai tujuan tertinggi cenderung dianut sebagian besar pendidik dan lembaga
pendidikan apakah itu pendidikan dasar sampai menengah. Gampangnya kalau sudah
mendapat nilai tinggi, tingkat kepuasan telah tercapai. Seperti ungkapan
diatas, " Tidak jarang pelajar menjadi mendewakan prestasi akademis secara
angka semata". Bahkan juga gurulah yang turut berperan membentuk pemikiran
pelajar akan hal tersebut (entah sengaja ataupun tidak). Paling tidak itulah
gambaran yang bisa saya lihat disekeliling di Papua dan Papua Barat.
Berapa banyak guru sebagai tenaga pendidik yang tulus mendidik? Sebagian besar fokus dengan segala macam tunjangan untuk kesejahteraan diri. Mudah-mudahan masih ada (dan masih banyak) guru Kristen yang benar-benar takut akan TUHAN diluar sana untuk mengenalkan tujuan pendidikan Kristen seutuhnya.
Berharap Pendidikan Kristen mempunyai tujuan yang jelas, benar dan sesuai prinsip Alkitab. Berharap guru memfungsikan diri semaksimal mungkin sebagai pendidik. Berharap setiap lembaga pendidikan disisipi minimal 1 orang yang takut akan TUHAN yang mampu memberi pengaruh melalui cara hidupnya.
Berapa banyak guru sebagai tenaga pendidik yang tulus mendidik? Sebagian besar fokus dengan segala macam tunjangan untuk kesejahteraan diri. Mudah-mudahan masih ada (dan masih banyak) guru Kristen yang benar-benar takut akan TUHAN diluar sana untuk mengenalkan tujuan pendidikan Kristen seutuhnya.
Berharap Pendidikan Kristen mempunyai tujuan yang jelas, benar dan sesuai prinsip Alkitab. Berharap guru memfungsikan diri semaksimal mungkin sebagai pendidik. Berharap setiap lembaga pendidikan disisipi minimal 1 orang yang takut akan TUHAN yang mampu memberi pengaruh melalui cara hidupnya.
SALTEB |
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional [1]. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi.
- Pembangunan sebagai suatu proses
- Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
- Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Faktor
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
- Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang.
- Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan.
- Tidak memperhatikan pertambahan penduduk
- Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi
- Setiap input dapat menghasilkan output yang lebih banyak
Pembangunan ekonomi
- Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
- Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
- Memperhatikan pertambahan penduduk.
- Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
- Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.
Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara membawa dampak, baik positif maupun negatif.Dampak Positif Pembangunan Ekonomi
- Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
- Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi pengangguran.
- Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
- Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
- Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dampak Negatif Pembangunan Ekonomi
- Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan hidup.
- Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
- hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani
Entri Populer
-
Otomatis persaingan yang ada semakin ketat, karena itu setiap perusahaan berusaha menunjukkan keunggulannya masing - masing. Orientasi pe...
-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persipura Jayapura, finalis Indonesia Super League (ISL) musim lalu, mengeluarkan ancaman bakal melepaskan di...
-
Mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai saat sedang berlangsung rapat kesepakatan penolakan kebijakan Dinas P & P terkait Pengiriman Dana Tu...
Gallery
-
Otomatis persaingan yang ada semakin ketat, karena itu setiap perusahaan berusaha menunjukkan keunggulannya masing - masing. Orientasi pe...
-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persipura Jayapura, finalis Indonesia Super League (ISL) musim lalu, mengeluarkan ancaman bakal melepaskan di...
-
Mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai saat sedang berlangsung rapat kesepakatan penolakan kebijakan Dinas P & P terkait Pengiriman Dana Tu...
-
Pada hari ini Rabu, 1 Juni 2011), sdr. Selpius Bobii memfasilitasi Siaran Pers bersama “Keluarga Korban Tragdi Berdarah” dan “Dewan Adat ...