-
Do you need help?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persipura Jayapura, finalis Indonesia Super
League (ISL) musim lalu, mengeluarkan ancaman bakal melepaskan diri dari
Indonesia. Ancaman ini disampaikan setelah dibekukannya PSSI oleh
Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.
Wakil Ketua Umum PSSI, La Siya, mengatakan masyarakat Papua sangat kecewa dengan keputusan pembekuan PSSI. Ia mengatakan selama ini Persipura menjadi satu-satunya hiburan masyarakat Papua.
"Jika Papua ingin merdeka bagaimana? Apakah Pemerintah Indonesia mau mengeluarkan keputusan melepaskan Papua dari Indonesia seperti Kemenpora yang mudah membekukan PSSI," ujar La Siya yang pernah menjabat sebagai ketua harian Persipura kepada ROL, Kamis (23/4).
La Siya mengkritik begitu mudahnya Kemenpora membekukan PSSI yang bisa membuat Persipura terancam tidak bisa berlaga di semua kompetisi Internasional. Begitu mudah pula Kemenpora menghilangkan hiburan masyarakat Papua karena PSSI tak bisa membawa klub mereka ke tingkat Internasional.
Tapi, bagaimana nantinya jika masyarakat Papua ingin Papua merdeka dan meninggalkan Indonesia. La Siya mempertanyakan, apakah mudah bagi pemerintah Indonesia melepaskan Papu begitu saja seperti Kemenpora yang mudah membekukan PSSI.
Seharusnya, kata dia, Kemenpora berkonsultasi terlebih dulu sebelum mengeluarkan keputusan pembekuan PSSI itu. Jangan mudah saja mengeluarkan keputusan yang merugikan masyarakat, terutama masyarakat Papua.
"Kalau Kemenpora mengeluarkan putusan pembekuan itu karena masyarakat, apakah Papua bukan masyarakat Indonesia," La Siya mempertanyakan.
La Siya juga mengatakan dirinya telah mendapatkan pesan singkat yang telah menawarkan Papua untuk berlaga di kompetisi Vanuatu. Di penghujung pesan singkat itu tertulis pesan dari Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN).
Berikut pesan singkat yang dikirimkan La Siya yang diterimanya pada Rabu (23/4) waktu setempat.
"Kakak Tuan yth. Kalau Persipura tidak bisa main di tingkat Internasional melalui PSSI/ Indonesia karena dibekukan menpora. kk tidak usah pusing2. Kita daftar Persipura ikut kompetisi di Vanuatu/Pasifik Selatan melalui jasa baik tuan2 seperjuangan di Vanuatu. Salam perjuangan. L.A.Col.TPN OPM"
Wakil Ketua Umum PSSI, La Siya, mengatakan masyarakat Papua sangat kecewa dengan keputusan pembekuan PSSI. Ia mengatakan selama ini Persipura menjadi satu-satunya hiburan masyarakat Papua.
"Jika Papua ingin merdeka bagaimana? Apakah Pemerintah Indonesia mau mengeluarkan keputusan melepaskan Papua dari Indonesia seperti Kemenpora yang mudah membekukan PSSI," ujar La Siya yang pernah menjabat sebagai ketua harian Persipura kepada ROL, Kamis (23/4).
La Siya mengkritik begitu mudahnya Kemenpora membekukan PSSI yang bisa membuat Persipura terancam tidak bisa berlaga di semua kompetisi Internasional. Begitu mudah pula Kemenpora menghilangkan hiburan masyarakat Papua karena PSSI tak bisa membawa klub mereka ke tingkat Internasional.
Tapi, bagaimana nantinya jika masyarakat Papua ingin Papua merdeka dan meninggalkan Indonesia. La Siya mempertanyakan, apakah mudah bagi pemerintah Indonesia melepaskan Papu begitu saja seperti Kemenpora yang mudah membekukan PSSI.
Seharusnya, kata dia, Kemenpora berkonsultasi terlebih dulu sebelum mengeluarkan keputusan pembekuan PSSI itu. Jangan mudah saja mengeluarkan keputusan yang merugikan masyarakat, terutama masyarakat Papua.
"Kalau Kemenpora mengeluarkan putusan pembekuan itu karena masyarakat, apakah Papua bukan masyarakat Indonesia," La Siya mempertanyakan.
La Siya juga mengatakan dirinya telah mendapatkan pesan singkat yang telah menawarkan Papua untuk berlaga di kompetisi Vanuatu. Di penghujung pesan singkat itu tertulis pesan dari Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN).
Berikut pesan singkat yang dikirimkan La Siya yang diterimanya pada Rabu (23/4) waktu setempat.
"Kakak Tuan yth. Kalau Persipura tidak bisa main di tingkat Internasional melalui PSSI/ Indonesia karena dibekukan menpora. kk tidak usah pusing2. Kita daftar Persipura ikut kompetisi di Vanuatu/Pasifik Selatan melalui jasa baik tuan2 seperjuangan di Vanuatu. Salam perjuangan. L.A.Col.TPN OPM"
Neil Postman pernah memperingatkan, saat kehidupan cultural
didefinisikan kembali sebagai arus hiburan tanpa henti, bila wacana serius
publik, seperti agama, kemanusiaan, ketidakadilan, telah menjadi sebentuk
ocehan bayi dan acara televisi telah menjadi substansi dari agama, maka sebuah
bangsa akan berada ditepi jurang kematian kebudayaannya (Wibowo Fred:2007:11)
Globalisasi merupakan fenomena sosial-budaya yang dengan
cepat merubah pola hidup manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Globalisasi
pun menawarkan kepuasan individual dan golongan yang semakin menekan
pengambilan keputusan dengan resiko yang sangat riskan. Keputusan tanpa
pertimbangan matang, yang berdampak pada terancamnya keberadaan sebuah
kebudayaan asli. Semisal, keputusan melalui kesombongan teknologi, ekonomi,
politik, yang secara berangsur dapat dengan mudah menggeser nilai-nilai
budaya/tradisi asli.
Suku-suku di Papua sedang mengalami geger budaya atau bukan
tidak mungkin. Banyak studi atau penelitian membuktikan bahwa dibalik kemajuan
pembangunan di Papua, pada saat yang sama, suku-suku di Papua yang tidak kuat
dan kurang beradaptasi terhadap perubahan yang berlangsung cepat di wilayahnya,
sedang mengalami geger budaya. Geger budaya sejak industri-industri masuk ke
wilayah Papua, bahkan saat ini semakin intensif, menunjukkan sebuah perubahan
sosial-budaya yang sangat drastis. Perubahan tersebut dapat terlihat dari
bagaimana masyarakat Papua telah mengenal teknologi modern dalam kurun waktu 3
dekade. Teknologi modern memberikan sebuah perubahan baru dalam kehidupan
masyarakat Papua dan fenomena ini, kini sedang menjadi sebuah pergulatan dalam
masyarakat Papua, bahwa bagaimana mereka dapat menerima kebudayaan baru, yang
datang dari luar lingkungannya, tanpa mengalami pergeseran nilai budaya asli,
yang pastinya akan berdampak pada tatanan hidup mereka.
Budaya lokal berada pada posisi terancam. Budaya lokal
bertahan atau bergeser tergantung pada legitimasi adat, komunitas/suku-suku
yang berada di Papua sebagai penganut dan pelaksana budayanya. Komunitas adat
yang lemah pastinya akan berdampak pada gegernya nilai-nilai baik dari
komunitas local itu. Komunitas lokal yang kuat pasti akan mempertahankan
nilai-nilai hidup baik sekali pun arus golobalisai atau indutrialisasi
mengerogoti ketahanan budaya.
Hasil kajian yang dilakukan FISIP Universitas Airlangga
(2010) bahwa kenyataan tidak menjawab apakah komunitas atau suku-suku di Papua
umumnya dan khususnya di pedalaman Papua sudah siap untuk mempertahankan
nilai-nilai budaya Asli/Lokal setempat (Kompas, 03/11/11). Jawaban atas
kenyataan tersebut diperkuat dengan adanya fenomena yang sedang terjadi dan
mengarah pada pergeseran nilai budaya asli. Fenomena pergeseran nilai budaya
asli tersebut dapat timbul akibat kebijakan-kebijakan pembangunan yang tidak
berpihak kepada masyarakat Papua tanpa mempertimbangkan adanya hak-hak cultural
warga negara yang harus dilindungi dan dihormati yang di dalamnya terdapat
unsur legitimasi Adat. Misalnya, kehadiran dan keberadaan perusahaan-perusahaan
lokal, nasional dan multiinternasional yang ada, misalnya; PT. Freeport
Indonesia Mc moran, sebagai pihak yang mengelola pertambangan emas di wilayah
kabupaten Timika. PT. British Petroleum yang mengelola gas dan minyak bumi di
Bintuni. PT. Rajawali, PT.PN II Arso yang mengelola minyak kelapa sawit di
kabupaten Keerom/Arso.
Keberadaan dan kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut
telah mengeksploitasi sumber daya alam Papua secara besar-besaran. Ekplorasi
itu mengakibatkan rusaknya ekosistem alam. Rusaknya ekosistem laut akibat
pembuangan limbah, suku-suku asli kehilangan Hak Ulayat dan mata pencaharian
akibat ilegaloging, tambang dan perusahaan kelapasawit yang membabat habis
hutan sagu.
Fenomena demikian menunjukkan bahwa kebijakan-kebijakan
pembangunan di Papua sebenarnya tidak mengandung unsur/nilai penting dari kata
“kebijakan” itu sendiri. Kebijakan pembangunan, tidak semata-mata hanya sebuah
label saja, melainkan bagaimana menempatkan atau memberikan sebuah solusi
terbaik yang benar-benar mempertimbangkan kebutuhan masyarakat di Papua dengan
porsi yang seadil-adilnya tanpa ada diskriminasi.
Kebijakan-kebijakan pembangunan yang demikian dapat juga
diinterpretasikan mengandung unsur legitimasi industrialisasi. Legitimasi industri cenderung memicu
terjadinya tindak kekerasan antara masyarakat Papua dengan pihak Aparat, aparat
dengan aparat dan yang lebih disesalkan lagi bahwa kekerasan itu terjadi di
antara sesama masyarakat Papua. Pada skala ini, norma-norma adat setempat tidak dapat lagi memecahkan
masalah-masalah/persoalan yang akan dihadapi oleh penduduk atau masyarakat
Papua, terkait juga, misalnya soal sengketa tanah adat atau hak ulayat.
Fenomena ini semakin menjelaskan bahwa keberadaan industri
memberi dampak semakin melemahnya legitimasi Adat-istiadat dan tradisi
masyarakat Papua yang dengan mudah, dapat dimanfaatkan pada momen-momen
tertentu untuk kepentingan beberapa pihak semata. Misalnya, kepentingan kaum
pemodal dan politikus yang raskus kekayaan dan jabatan. Melemahnya legitimasi
adat itu sangat terlihat lagi dari perilaku anak muda. Anak muda Papua tegelam
dalam Budaya Massa. Kata mereka yang tegelaman itu “cuek is the best”. Cuek terhadap sorotan, tuduhan dan harapan kaum
tua kepada kaum mudah sebagai generasi pewaris nilai-nilai budaya asli. Sikap
cuek ini mengungkapkan bahwa globalisasi cukup memberikan potensi yang sangat
signifikan dan mampu mempengaruhi kehidupan anak muda Papua dewasa ini. Kaum
mudah Papua mengikuti gaya selebritis media massa seperti, Televisi, Internet,
Telepon Seluler (Hp), dan lain sebagainya.
Kondisi ini sebagai pertanda bahwa telah terjadi perubahan
yang mengarah pada pergeseran penggunaan dan pemaknaan budaya asli, misalnya
dalam penggunaan dan pemaknaan “bahasa tanah” atau “bahasa ibu”. Apabila
diperhatikan pada kalangan kaum muda Papua, bahasa “tanah” atau bahasa “ibu”
tidak lagi menjadi sarana komunikasi yang rutin di gunakan dalam pergaulan
keseharian mereka. Artinya bahwa “bahasa tanah” atau “bahasa ibu” yang dulunya
sebagai sarana pengikat sebuah kekerabatan yang sarat makna dalam konteks
budaya setempat, tidak praksis lagi untuk dipergunakan.
Pergeseran ini terjadi karena kurangnya internalisasi
budaya. Kurangnya pemahaman ini membuat anak-anak muda Papua pun terkadang acuh
dan cenderung berasumsi bahwa misalnya bahasa Korea atau Bahasa Inggris dengan
aksennya atau bahasa gaul yang sering mereka istilahkan adalah bahasa-bahasa
yang jauh lebih baik dan menjadikan mereka merasa lebih modern, mungkin lebih
manusiwi atau statusnya lebih berada ketimbang mengunakan bahasa ibu.
Di samping bahasa, tak bisa dipungkiri juga bahwa anak-anak
muda Papua sedang berada dalam dinamika yang terkadang tak bisa dihindari
karena mengadopsi gaya hidup modern dengan gaya atau mode berpakaian yang
ke-“barat-barat”-an, berdansa dan berpakaian dengan gaya yang sering terlihat
di televisi yang mungkin sering mereka tonton yang lazimnya dianggap tidak
etis, kini tampak lebih etis. Sebaliknya tarian adat, lagu-lagu, ritual-ritual
adat/ritus-ritus daerah seperti; goyang pantat, perang-perangan, tarian
pinggul, toki tifa, wene pugut, awanni, waita, yospan, tumbuk tanah, menganyam
noken, membuat kebun, pahat/ukir patung, tarian asmat, togok sagu, bakar
batu/barapen dan lain sebagainya tidak menjadi, semakin memudar dan pelan-pelan
semakin tersisih kemudian ditinggalkan dan hilang dengan sendirinya.
Sejumlah fenomena ini sedang dialami sebagian besar
masyarakat dan khususnya kaum muda pada suku-suku di Papua yang umumnya tengah
mengalami segregasi budaya akibat semakin terbukanya ruang terciptanya
pergeseran nilai-nilai budaya. Situasi ini sangat membahayakan eksisnya budaya
Papua di masa yang akan datang. Globalisasi seolah-olah bak penyakit kanker
yang tengah mengakar kesetiap jaringan tubuh manusia.
Modernisasi dan globalisasi yang menggerogoti nilai-nilai
budaya asli masyarakat Papua. Orang Papua menolak tidak akan menghentikan
proses yang sedang terjadi dan menerima atau terbuka adalah sebuah pilihan yang
tanpa dipaksakan akan tetap terjadi namun tergantung subyektifitas atau daya
saring dalam masyarakat Papua, karena hal tersebut semakin terkondisi dan lebih
parah lagi apabila dampak globalisasi terkonstruksi dalam masyarakat yang
akhirnya akan menggeser nilai-nilai budaya asli Papua. Menjadi riskan bahwa
terkadang representasi masyarakat terutama dikalangan anak muda terhadap budaya
baru cukup intens. Maka, perlunya penumbuhan sikap benar-benar memahami
struktur budayanya dan terlebih dalam konteks sebagai subyek karena terkadang
subyektifitas selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang cukup atraktif
atau lebih modern.
Regenerasi nilai-nilai budaya asli agar tidak hilang adalah
salah satu cara yang secara alamiah telah terbawa dan telah menjadi tanggung
jawab kaum muda Papua. Penerusan atau pewarisan nilai-nilai budaya sebaiknya
tidak dijadikan sebatas slogan terhadap keidentitasan sebagai masyarakat Papua,
misalnya dengan menggunakan pakaian adat, menyanyikan lagu dalam bahasa “tanah”
atau bahasa “ibu” ataupun sekedar melakonkan cerita zaman dahulu dalam sebuah
teater mini melainkan perlunya proses Internalisasi terhadap pemaknaan budaya
asli yang benar-benar mendalam. Proses Internalisasi yang dimaksud adalah
proses dimana kesadaran cultural yakni kesadaran nalar dan batin dapat dibangun
agar terjadi keseimbangan. Jika tidak, maka pewarisan tersebut hanya akan
bersifat mentransplantasi ke anak-anak dan generasi muda dan hal tersebut tidak
akan bertahan lama, kemudian akan hilang bersama waktu atau kasarnya budaya
tersebut hanya akan menjadi sejarah. Tentunya hal tersebut bukan harapan
seluruh masyarakat adat Papua yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya
asli Papua, maka hal terpenting yang mestinya dilakukan adalah tidak hanya
sekedar menjaga atau mempertahankan dan lebih dari pada itu menjadi subyek agar
keberadaan nilai-nilai kebudayaan asli tidak hilang atau mati dan hal itu
menjadi tanggung jawab semua pihak yang ada dan berada di Papua.
*Mahasiswa program Magister Antropologi UGM Yogjakarta
KELASIS KAMUU TIMUR
JEMAAT BUKIT ZAITUN NUWA
Jln. Yagemakebo No Hp: 081248180342
JEMAAT BUKIT ZAITUN NUWA
Jln. Yagemakebo No Hp: 081248180342
PANDUAN
OLEH
SALMON TEBAI
Jayapura 17 Juni 2012
PERTEMUAN JEMAAT
TIDAK DI IJINKAN PEREMPUAN BERBICARA DALAM PERTEMUAN JEMAAT
APALAGI MEGAJAR KECUALI
DALAM IBADAH KHUSUS
WANITA
Apakah pertemuan jemaat ini bisa memimpin perempuan depan laki- laki dalam kemah suci…?? Dalam : (1. Timotius 2:8-15)
(1. korintus 14: 29-35) Tidak di perbolehkan
I . 1.
TIMOTIUS 2:8-15
Dalam hal ini, bukan beralti bahwa perempuan berdoa boleh dengan tangan yang tidak suci, marah dan berselisihan, tetapi ayat ini mempunyai arti bahwa memimpin doa itu adalah Meman laki-laki, namun tetapi perempuan kalau mau berdoa yaitu ibadah khusus wanitah (Sepertinya ibadah Pemberdayaan Perempuan ).
I. Timotius 2:9-10. Demikian juga hendaknya, perempuan hendaklah ia berdadan dengan pantas dengan sopan dan Sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas dan mitiara atau Pun pakaian yang bermahal mahal, Tetapi kehendak ia berdandan dengan perbuatan baik, Seperti layak bagi perempuan yang beribadah.
I .Timotius 2:11. Seharusnya perempuan berdiam diri dan meneriman ajaran dengan patu, dalam hal ini bukan dalam posisi menyajar atau mengambil ali depan laki-laki.
I. Timotius 2:12. Aku tadak megizinkan perempuan megajar dan juga tidak megizinkanya Memerintah laki-laki hendaklah ia berdiam diri, Dalam hal ini termasuk pemimpin pujian atau liturgi,tentunya tidak boleh, karena didalam kitab suci banyak terdapat perintah.
I. Timotius 2:13. Karena adam yang pertama di jadikan, kemudian barulah hawa, Ini hirarti hubugan kepala keluarga tertua adalah laki-laki.
I. Timotius 2:14. Lagi pula bukan adam yang tergoda ,merainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa, dalam hal ini,di identikan dengan ke jatuan adam dan hawa ,karena Inisiatih perempuan yang berlebihan.
II.
I. KORENTUS 34:35.
I. Korintus 14:34. Sama seperti dalam semua jemaat orang kuduas termasuk jemaat yang pimpin Timotius tadi, perempuan –perempuan harus
berdiam diri dalam pertemuan –pertemuan
Jemaat sebab mereka tidak di perbolehkan
untuk berbicara, mereka harus menundukkan
diri, seperti dikatakan juga oleh hukum taurat,
(Dalam hal Mungkin yang di maksud hukum
taurat adalah. Yesaya 3:12. Adapun umatku penguasa mereka ialah anak
–anak, dan perempuan-perempuan memerintah atas, Hai umatku, pemimpin-pemimpin adalah
pegesat dan jalan yang kamu
tempoh mereka kekacaukan).
I. Korentus 14 :35. Jika mereka mengetahui suatu baiklah mereka menangakanya kepada suaminya Dirumah , sebab tidak sopan bagi perempuan berbicara Dalam pertemuan jemaat.
I. Korentus 14 :35. Jika mereka mengetahui suatu baiklah mereka menangakanya kepada suaminya Dirumah , sebab tidak sopan bagi perempuan berbicara Dalam pertemuan jemaat.
I Korintus 14:37.
Jika seorang menganggap dirinya nabi atau seorang yang mendapat karunia Rohani Ia harus dasar bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan.
I. korintus 14:38. Tetapi jika ia tidak membedakannya jangan kamu mengindakan dia. hal ini di igatkan perlu kepada jemaat dalam (Wahyu 2:20.) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (Wahyu 2:21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (Wahyu 2:22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu.
Pada saat wahyu ini, izibel sudah seribuan tahun yang lalu tidak ada lagi Kisahnya dalam,1 dan 2 raja-raja, namun ini adalah wahyu merupakan Pandangan kedepan ,menenjuk gereja sekarang ini. ( Nogeimaido wedaka Yance Agapa kiya mana yaiyo Ugatameya Ajimana dubaiga wegamakipaka, Nogeimaido koumepeukai beuga kawedanitiyake ena awiyako wegadotaino mewei)
Kenyataan banyak hambah Tuhan atau pemimpin gereja sudah menhampaikan Ayat Firman Tuhan ini, contoh dengan alasan apa saja yang rasional, namun saja Penulis bertekat tidak akan melangar ketentuan Firman Tuhan ini, dan tetap konsisten kalau dulu pada masa rasul paulus tidak boleh, sekarangpun tidak. 1. korentus 14:36.
Tapi kita bekerja dilandang Tuhan, Harus Pakai peraturan Tuhan, kalau kami tidak ikuti peraturang pemimpin atau kepala
yaitu nanti Tuhan Tanya
depan banyak orang
di lembah yosafat
( Yoel 3:2).
Ulangan 22:9. Janganlah kautaburi kebun anggurmu dengan dua jenis benih, supaya Seluruh hasil
benih ,yang kau taburkan dan hasil kebun
anggurmu jangan menjadi milik tempat
kudus .
Amsal 20:10. Dua macam batu timbangan dua macam cakaran, keduaduanya adalah Kekejian bagi Tuhan.
Amsal 20:10. Dua macam batu timbangan dua macam cakaran, keduaduanya adalah Kekejian bagi Tuhan.
Berbahagialah
orang yang melakukan petaturan-peraturan
Tuhan , Tuhan YesusKristusTetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama- lamanya.
Ibrani 13:8.
Ibrani 13:8.
Tuhan Yesus Memberkati kita semua Amin.
Di Susun Oleh
SALMON TEBAI
Entri Populer
-
Otomatis persaingan yang ada semakin ketat, karena itu setiap perusahaan berusaha menunjukkan keunggulannya masing - masing. Orientasi pe...
-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persipura Jayapura, finalis Indonesia Super League (ISL) musim lalu, mengeluarkan ancaman bakal melepaskan di...
-
Mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai saat sedang berlangsung rapat kesepakatan penolakan kebijakan Dinas P & P terkait Pengiriman Dana Tu...
Gallery
-
Otomatis persaingan yang ada semakin ketat, karena itu setiap perusahaan berusaha menunjukkan keunggulannya masing - masing. Orientasi pe...
-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persipura Jayapura, finalis Indonesia Super League (ISL) musim lalu, mengeluarkan ancaman bakal melepaskan di...
-
Mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai saat sedang berlangsung rapat kesepakatan penolakan kebijakan Dinas P & P terkait Pengiriman Dana Tu...
-
Pada hari ini Rabu, 1 Juni 2011), sdr. Selpius Bobii memfasilitasi Siaran Pers bersama “Keluarga Korban Tragdi Berdarah” dan “Dewan Adat ...